Secara Umum kita mengenal bahwa ulama itu membagi bid'ah menjadi 2 macam
yaitu bid'ah Hasanah dan bid'ah Qabihah. Pembagian tersebut berdasarkan pada
kesesuaian dengan al-Qur'an, al-Sunnah, Ijma' maupun Atsar, atau berdasarkan
pada kesesuaian dengan Sunnah Nabi Saw.
Apabila terjadi sebuah perkara baruyang tidak ada nash nya tetapi tidak
bertentangan dengan Al`Qur`an , Hadist ,Ijma` ataupun Atsar, maka para ulama
menggolongkanya menjadi bid'ah yang hasanah. Namun apabila bid1ah tersebut
bertentangan dengan salah yang telah tersebut itu maka digolongkan bid`ad
tersebut dengan bid`ah Qabihah. Pembagian semacam ini belum berdasarkan pada
hukum suatu perkara atau perbuatan sehingga belum diketahui hukumnya.
Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum Islam ada 5 macam yang disepakati
oleh ulama, yaitu wajib, sunnah (mandub), mubah, makruh dan haram. Adapun
bid'ah bukanlah sebuah hukum, melainkan sebuah istilah untuk menyebut
perkara-perkara yang dianggap baru. Oleh karena itu, dalam melakuka klasifikasi
terhadap suatu perkara maka ulama juga membagi bid'ah sesuai dengan hukum yang
telah disepakati.
Imam 'Izzuddin Abdil 'Aziz bin Abdissalam, seorang ulama Syafi'iyah yang
dijuluki sebagai Sulthanul Ulama didalam kitab karangannya yang bernama
Qawaidul Ahkam fii Mashalihil Anam beliau menjelaskan pada fasal tentang
masalah Bid'ah dengan penjelasan sebagai berikut:
الْبِدْعَةُ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِي عَصْرِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. وَهِيَ مُنْقَسِمَةٌ إلَى: بِدْعَةٌ وَاجِبَةٌ، وَبِدْعَةٌ مُحَرَّمَةٌ، وَبِدْعَةٌ مَنْدُوبَةٌ، وَبِدْعَةٌ مَكْرُوهَةٌ، وَبِدْعَةٌ مُبَاحَةٌ، وَالطَّرِيقُ فِي مَعْرِفَةِ ذَلِكَ أَنْ تُعْرَضَ الْبِدْعَةُ عَلَى قَوَاعِدِ الشَّرِيعَةِ: فَإِنْ دَخَلَتْ فِي قَوَاعِدِ الْإِيجَابِ فَهِيَ وَاجِبَةٌ، وَإِنْ دَخَلَتْ فِي قَوَاعِدِ التَّحْرِيمِ فَهِيَ مُحَرَّمَةٌ، وَإِنْ دَخَلَتْ فِي قَوَاعِدِ الْمَنْدُوبِ فَهِيَ مَنْدُوبَةٌ، وَإِنْ دَخَلَتْ فِي قَوَاعِدِ الْمَكْرُوهِ فَهِيَ مَكْرُوهَةٌ، وَإِنْ دَخَلَتْ فِي قَوَاعِدِ الْمُبَاحِ فَهِيَ مُبَاحَةٌ، .
"Bid'ah merupakan perbutan yang tidak dijumpai pada masa Rasulullah Saw. dan bidah terbagi menjadi lima yaitu bid’ah wajibah, bid’ah muharramah, bid’ah mandubah, bid’ah makruhah, dan bid’ah mubahah. Dan cara (metode) untuk mengetahui klasifikasi yang demikian berdasarkan pada kaidah-kaidah syari’ah. Apabila suatu perkara baru masuk dalam kaidah-kaidah hukum wajib maka hukumnya adalah wajib; apabila masuk dalam kaidah penetapan hukum haram maka bid'ah muharrahmah, dan seterusnya”.
No comments:
Post a Comment