PENDAHULUAN
Sudah tentu kita tahu dan sejenak akan terperangah bila mendengar kalimat
“Istana al-Hambra”, istana megah, ingah, penuh dengan bunga-bunga, dan bahkan
banyak orang yang menganggapnya sebagai surga dunia. Istana megah itu merupakan istana yang mungkin adalah
istana termegah yang pernah dibangun oleh ummat Islam. Istana tersebut dibangun
antara tahun 1238-1358 M di daerah Granada (sekarang Bukit La Sabica)
Andalusia.
Jika kita mengerti
sejarah pasti kita membayangkan siapa yang membuat Istanah megah tersebut, dari
catatan tahun dan tempat dimana Istana berada maka kita pasti sudah mempunyai
siapa yang membuatnya. Siapa lagi kalau bukan Bani Ahmar, atau yang sering
dikenal dengan sebutan Bangsa Moor dari Afrika.
Bani Ahmar ini dikenal sebagai penguasa terakhir ummat Islam di Spanyol
(Andalusia), kekuasaannya berakhir karena adanya konflik internal yang kemudian
memicu adanya serangan dari kerajaan Kristen. Oleh sebab itulah Bani Ahmar terpaksa menyerah dan harus benar-benar
mengakhiri kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya.
Setelah runtuhnya
dinasti Muwahidun dan Murabbitun kekuasaan Islam di Andalusia kian hari kian
menipis dan semakin terhimpit oleh kekuasaan orang-orang Kristen, Granada
adalah harapan terakhir ummat Islam di Andalusia. Tentu saja dengan hanya
menguasai Granada, wilayah yang tidak begitu luas itu membuat ummat Islam
sangat kesulitan untuk membangun kekuatan yang besar, maka tidak heran bila
kekuasaan puncak Islam itu dapat dikuasai Kristen.
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH BANI AHMAR
DAN KEHANCURAN ISLAM DI SPANYOL
A. Pemerintahan
Bani (al-Ahmar) di Granada(635-897 H/1237-1492 M)
Setelah kekuasaan
orang-orang al-Muwahhidun di Andalusia melemah, pemerintahan ini kembali
terpecah-pecah menjadi pemerintahan-pemerintahan kecil yang lemah dan saling
bertikai. Maka, semakin keraslah tekanan orang-orang Nasrani terhadap kaum
muslimin. Lalu, muncul pada masa ini Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf dari Bani
Nashruddin (635-671 H) dan berhasil menguasai Granada.
Pada masa ini kota-kota lain di Andalusia telah jatuh ke tangan orang-orang
nasrani secara berturut-turut, dimulai dari Cordova, Valensia, Daniah, Jiyan,
Syatibah, Sevilla, Marasiyah, dan sebagainya pada tahun 633-665 H. Kota-kota
ini jatuh ke tangan Nasrani kecuali Granada yang masih dikuasai oleh kaum
muslimin
Muhammad bin Ahmar
memperoleh kemenangan besar atas pasukan Ferdinand III raja Castilla.
Lalu. Pada Periode Keenam Muslim Andalusia kembali mempunyai kekuasaan di
Granada, pada saat itu Islam sangat dikenal dengan kemajuannya dengan
Al-Hambranya yang begitu megah, meskipun secara garis politik maupun geografis
Islam hanya menguasai sebagian kecil dari daerah Andalusia yang begitu cukup
luas. Akan tetapi setidaknhya Islam masih mempunyai taring dan nyali yang kuat
menjadi salah satu penguasa di Andalusia, meskipun tak lama kemudian Islam
luluh lantah atas serangan orang-orang Kristen.
Bani Ahmar-lah sebagai penguasa penghujung kekuasaan Islam di Andalusia,
kerajaan kecil ini mempunyai nyali yang besar untuk membuktikan pada sejarah
bahwa ia emb berkembang meski dengan wilayah yang sangat kecil yang mereka
kuasai. Berdirinya al-Hambra membuat sejarah tak emb
mengabaikan dan membiarkan Bani Ahmar begitu saja dilupakan dan diabaikan.
Sejarah ternyata tak benar-benar buta untuk menuliskan kemegahan dan keindahan
al-Hambra, hingga pada akhirnya cerita dan catatan tentang Bani Ahmar dan
al-Hambra dapat kita nikmati sampai saat ini.
Berkenaan dengan Istana al-Hambra yang monomintal itu, istana tersebut
didirikan selama 120 tahun yaitu sejak tahun 1238-1358 M. Berkenaan dengan
penamaan Istana dan kerajaan megah tersebut sebenarnya berwal dari bangunannya
yang serba merah baik dari ubin-ubinnya, batu batanya, penghias dindingnya,
serta keramiknya-pun banyak yang berwarna merah. Kata Ahmar berasal dari bahasa Arab yang mempunyai
arti merah, termasuk kata al-Hambara-pun berasal dari
kata tersebut. Sehingga dinasti tersebut jika dilihat dari arti bahasa
Indonesia berarti Dinasti yang Merah. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa
penamaan al-Ahmar berasal dari nama pendirinya yaitu al-Ahmar.
Dinasti ini
didirikan oleh Bani Ahmar, sebuah kelompok kesukuan yang berasal dari Afrika
Utara, sering juga dikenal dengan sebutan Bansa Moor. Kerajaan ini didirikan
oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar atau Bani Nasr, disebut-sebut sebagai
keturunan Sa’id bin Ubaidah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Kerajaan ini
berkuasa dari 1232-1492 M, disebuah bukit La Sabica, Granada, Spanyol.
Kerajaan ini
dengan begitu cepatnya berkembang dan menjadi kerajaan terkenal dari yang
mulanya hanya kerajaan kecil saja. Keadaan ini bukan hanya ditopang dengan
kegigihan pemimpinnya akan tetapi juga didukung oleh kondisi geografis yang
strategis dan indah. Karena keberadaannya ada di atas bukit dengan ketinggian
lebih kurang 150 m, sehingga membuat musuh kesulitan menuju daerah tersebut.
1. Pengkhianatan penguasa
Perlu dicatat di sini tentang pengkhianatan besar yang dilakukan oleh
penguasa terakhir Granada, yaitu abu Abdullah Muhammad bin ali (892-897 H). ia
berkhianat terhadap negeri dan rakyatnya, ketika menggabungkan pasukannya ke
dalam pasukan Ferdinand lalu berperang bersama mereka. Sehingga, Ferdinand memperoleh kemenangan dan
menguasai Granada. Pengkhianat ini lalu mengirimkan utusan untuk menyampaikam
selamat kepadanya. Namun, Ferdinand menyerangnya dan merampas semua
kekayaannya. Maka, akhirnya dia pergi ke afrika dan hidup sebagai
peminta-minta.
Pemerintahan utsmaniyah
yang telah sampai pada puncak kekuatannya pada saat itu, sebenarnya
berkeinginan menolong saudara-saudara mereka di maroko dan Andalusia. Maka,
mereka mendatangi eropa. Namun saying, kelemahan disana telah sampai kepada
titik terendahnya. Orang-orang utsmaniyah berhasil menaklukan garis depan
lautan dan daratan di negeri maroko. Namun, sebagian pemimpin-pemimpin kaum
muslimin berdiri menghadapi dan menyerang mereka.
Maka, dengan
jatuhnya Granada ke tangan orang-orang nasrani, Andalusia kemudian lepas
selamanya dari tangan kaum muslimin, padahal sebenarnya Granada merupakan
benteng terakhir bagi mereka. Setelah itu orang-orang nasrani mulai melakukan
pemusnahan terhadap kaum muslimin dan melancarkan program kristenisasi untuk
menghilangkan peradaban islam yang telah berlangsung selama delapan abad di
Andalusia.
B.Kemajuan-Kemajuan
Bani Ahmar
Kerajaan ini
dikenal dengan bangunan istananya yang begitu megah, al-Hambra menjadi
satu-satunya perhatian public atas adanya Dinasti Bani Ahmar. Memang ini bukan
satu-satunya pencapaian yang telah dicapai oleh Bani Ahmar di Granada Spanyol.
Raja-raja Bani Ahmar bukan hanya memerhatikan Istana untuk dibangun terus
menjadi indah, akan tetapi mereka juga sangat memerhatikan kemakmuran rakyatnya
dengan cara memerhatikan bidang pertanian rakyat dan roda perniagaan.
Secara implisit
penggambaran al-Hambra, Istana ini dilengkapi dengan taman mitra, semacam pohon
murtuscommunis dan bunga-bunga yang indah, dan juga dilengkapi dengan taman
singa. Taman ini juga dikelilingi sebanyak 128 tiang yang terbuat dari marmer.
Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan 12 pantung
singa yang setiap mulut singa tersbut mengalirkan air. Dalam taman ini juga
terdiri dari beberapa bangunan indah yang masing-masing mempunyai beberapa
ruangan yang mempunyai beberapa fungsi. Salah satunya adalah rungan al-Hukmi
(Baitul Hukmi), sebuah ruangan pengadilan yang mempunyai luas 15 m x 15 m, dibangun
oleh Sultan Yusuf I (1334-1354). Kedua, ruangan Bani Siraj (Baitul
Bani Siraj), yaitu tempat Galeri yang didalamnya terdapat banyak kaligrafi
Arab. Banguan ini mempunyai luas bangunan 6,25 m x 6,25 m dengan bentuk bujur
sangkar yang indah. Ketiga, Ruangan Bersiram (Hausy al-Raihan),
ruangan ini berukuran 36,6 m x 6,25 m, terdapat kolam diposisi tengahnya dan
lantainya terbuat dari marmer putih. Luas kolam ini 33,50 m x 4,40 m dengan
kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat teras serta deretan tiang dari
marmer. Keempat, Ruangan Dua Perempuan Bersaudra (Baitul
al-Ukhtain), yaitu ruang yang khusus untuk dua orang bersaudara perempuan
Sultan Al-Ahmar. Kelima, Ruangan Sultan (Baitul
al-Mulk), dan masih ada banyak ruangan-ruangan lainnya seperti ruangan
Duta, ruangan As-Safa’, ruangan Barkah, Ruangan Peristirahatan
sultan dan permaisuri di sebelah utara ruangan ini ada sebuah masjid yakni
Masjid Al-Mulk.
Istana merah
ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang berwarna kemrah-merahan,
kemudian dibagian luarnya dihiasi dengan pilar-pilar penyangga yang indah. Pada
setiap dinding al-Hambra banyak dihiasi dengan kaligrafi Arab dengan ukiran
yang menakjupkan dan tak tertandingi kala itu. Kala kejayaannya istana ini
dilengkapi dengan barang-barang berharga seperti halnya barang-barang yang
terbuat dari logam mulia, perak, dan permadani-permadani yang indah.
Selain kemajuan dalam bidang arsitektur, sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas tentang penggambaran al-Hambra, kemajuan dalam bidang
keilmuan juga berkembang pesat kala itu, hal ini ditandai dengan lahirnya
ilmuan-ilmuan ternama seperti Ibnu Bathutah (134-1377 M) yang
sangat terkenal sebagai sejarawan ulung, tak luput pula dari catatan sejarah
adalah Ibnu Alhatif (1317-1374 M) yang juga banyak menulis
tentang tokoh-tokoh penting di Granada. Selain itu Histograf ternama pula pernah singgah di Granada, sekalipun ia
tak begitu lama disana, yaitu Ibnu Khaldun (1332 M). Dia
dilahirkan di Tunisia, Spanyol, akan tetapi setelah tahun 1375 M ia hijrah ke
Granada, dan meskipun tak lama kemudian ia pindah ke Mesir karena situasi
politik di Granada yang sedang carut marut.
C. Penyebab kemunduran islam di Spayol
1. Konflik islam dengan Kristen
Para penguasa
muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas
dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan embe dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran
arab islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang spanyol Kristen. Hal
itu menyebabkan kehidupan Negara islam di spanyol tidak pernah berhenti dari
pertentangan antara islam dan Kristen. Pada abad ke-II M umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat, sementara umat islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak adanya ideology pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukallaf diperlakukan sebagai orang islam
yang sederajat, di spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan bani
umayyah di damaskus, orang-orang arab tidak pernah menerima orang-orang
pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih
ember istilah ‘ibad dan muwalladun kepada mukallaf itu, suatu
ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-arab
yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan
dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut.
3. Kesulitan
ekonomi
Di paruh kedua
masa islam di spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi
kondisi politik dan militer.[1]
4. Tidak
jelasnya system peralihan kekuasaan
Hal ini
menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan bani umayyah runtuh dan muluk at-tawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan islam terakhir di spanyol jatuh ketangan Ferdinand
dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol islam
bagaikan terpencil dari dunia islam yang lain. Ia selalu berjuag sendiri, tanpa
mendapat bantuan kecuali dari afrika utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
D. Kehancuran Bani Ahmar
Bermula dari konflik internal dalam kerajaan yang kemudian masalah ini
menjadi awal kehancuran kekuasaan Bani Ahmar di Granada, Spanyol dan harus
merelakan kekuasaannya diambil alih oleh pihak Kristen. Setelah 2,5 abad berkuasa, dalam internal kerajaan terjadi
perselisihan dan perebutan kekuasaan diantara petinggi-petinggi kerajaan.
Silang sengketa ini kemudian menjadi candu dan meracuni kerajaan yang sedang
berjaya itu. Keadaan ini kemudian menjadi penyebab lemahnya kondisi internal
kerajaan.
Sengketa perebutan
kekuasaan yang kemudian menjadi penyebab utama kehancuran Dinasti Bani Ahmar
yaitu ketika Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya yang
tidak menunjuknya menjadi penggantinya. Abu Abdullah ini kemudian memberontak
dan berusaha merampas kekuasaan, waktu itu ayahnya terbunuh, akan tetapi
kepeminpinannya malah digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Keadaan ini menambah
geram Abu Abdullah Muhammad untuk terus berusaha menguasai kerajaan, hingga
akhirnya dia meminta bantuan kepada raja Ferdinand dan Isabella. Hingga
akhirnya kedua kerajaan ini membantu Abu Abdullah dan dapat mengalahkan
Muhammad ibn Sa’ad, yang kemudian Abu Abdullah Muhammad menjadi penggantinya.
Disuatu waktu
kemudian dua kerajaan Kristen tersebut menjadi satu dengan adanya hubungan
perkawinan antara perkawinan Karel/Ferdinand V (L. 1452-W. 1516) dari Aragon
menikah dengan Henry IV yaitu Ratu Isabella (L. 1451-W. 1504) dari Castille dan
Leon. Sehingga dua kerajaan Kristen ini menjadi satu kesatuan kekuatan yang
sulit ditandingi. Selain itu, melihat kondisi kerajaan Islam yang sudah mulai
melemah dan merapuh membuat orang-orang Kristen ini berkkeinginan untuk merebut
kekuasaan Islam. Tanpa disangka-sangka oleh Raja Abu Abdullah Muhammad,
kerajaan yang pernah ia pintai bantuannya malah menyerang kekuasaannya sendiri.
Raja Ferdinand V
mengepung Granada selama tujuh bulan dimulai sejak tahun 1492 M. bahkan sebelum
itu Raja Ferdinand telah menguasai sektor-sektor penting di Spanyol, seperti
halnya Malaga sebuah pelabuhan terkuat di Spanyol, Guadix, Almunicar,
Baranicar, dan Almeria.
Kekuatan yang
mulai melemah dikubuh Bani Ahmar atas serangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella
memaksa Abu Abullah Muhammad harus rela kekuasaannya direbut orang-orang
Kristen tersebut. Kemudian pada tanggal 2 Januari 1492 M/ 2 Rabiul Awwal 898 H.
Granada terpaksa takluk dan menyerah kepada musuh. Keberhasilan Raja Ferdinand
V dan Isabellah membuat Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberi gelar Raja
dan Ratu sebagai “Catholic Monarch” atau “Los Reyes Catolicos”
atau Raja Katolik.
Kekuasaan kerajaan Kristen ini membuat orang-orang Islam-pun tersiksa dan
dipaksa keluar dari tanah sepanyol, kecuali mereka memeluk agama Kristen
Katolik, hal senada-pun dirasakan oleh orang-orang Yahudi. Sejak Islam berkuasa orang-orang Yahudi dibiarkan
untuk hidup damai dengan orang Islam dan tetap diberi kebebasan untuk
menjalankan ajaran agamanya. Akan tetapi tidak pada masa Kerajaan Kristen,
mereka diusir jika masih memeluk agama selain agama Kristen Katolik.
Tidak hanya itu,
kemajuan-kemajuan yang pernah dicapai oleh ummat Islam seperti halnya
perpustakaan ikut dibumi hanguskan. Al-Hambra yang indah itu dibiarkan mengusam
dan tak terawat dan dijadikan sebagai Istana Kristen. Masjid Kordoba yang megah
didirikan oleh Sultan Abu Yusuf Al-Muwahhid pada tahun 785 M. dialih-fungsikan
menjadi Gereja Santa Maria de la Sede.
Sehingga dengan berakhirnya kekuasaan Bani Ahmar berakhir pula kekuasaan
Islam di Spanyol yang telah berkuasan sejak delapan abad sebelumnya yang telah
berkuasa dari Kordoba sampai Granada.
BAB III
PENUTUP
“Tidak ada gedung yang tak retak” mungkin kalimat itu yang bisa
menggambarkan kondisi kekuasaan Islam di Spanyol secara umum dan Granada
khususnya. Sejak Islam berkuasa di
Kordoba kemudia dengan kegigihannya sampai dapat pula menguasai Granada dengan
waktu kekuasaan yang relative lama. Tapi pada akhirnya kekalahan-pun tak dapat
ditepis, meski penyebabnya juga berawal dan bersal dari persoalan internal
kerajaan itu sendiri.
Jika kita melihat kondisi dan penyebab kehanucaran Bani Ahmar bahwa
egoisme, keangkuhan, dan amibisi kekuasaan akan menyebabkan kefatalan dan tidak
bisa mengontrol diri.
DAFTAR PUSTAKA
- Amstrong,
Karen, Islam Sejarah Singkat, Terj. Fungky Kusnaedy Timur.
Yogyakarta: Jendela. 2002.
- Abdurrahman, Dudung.
Sejarah Peradapan Islam : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern,
Yogyakarta: Lesti. 2004
- Hitti,
Philip, K. History of the Arabs. Terj. R. Cecep Lukman Yasin, dkk.
Cet. 1. Jakarta: Serambi. 2006
No comments:
Post a Comment